Pandemi Memaksa Pengusaha UMKM di Garut Putar Otak Cari Cara Penjualan Baru

oleh -444 Dilihat
oleh

kabargarut.com – Pandemi Covid-19 berdampak langsung terhadap para pengusaha UMKM di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sejumlah pengusaha pun harus memutar otak agar bisa bertahan.

Jika tak pintar berinovasi, bisa jadi penurunan omset terus terjadi. Paling tak diinginkan, usaha yang dilakoni bangkrut.

Lutfi Muhammad Sidik pemilik Astiga Leather, perusahaan yang berkecimpung di kerajinan kulit, menyebut selama hampir 15 bulan pandemi virus corona, ia merasakan penurunan penjualan sekitar 80 sampai 90 persen.

“Mungkin dalam waktu terakhir ini meningkat, cuma bulan Juni ini agak sedikit menurun lagi dikarenakan pandemi mulai naik lagi kasusnya, sehingga kita harus cari cara lain biar penjualannya lebih baik,” ujar Lutfi saat diwawancarai di lokasi Astiga, Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.

Selain pendapatan yang menurun drastis, angka produksi di Astiga pun mengalami penurunan. Dari awalnya memproduksi 15 jaket per hari, kini hanya bisa melakukan produksi sekitar 7 atau 8 jaket per hari.

“Sebelum pandemi untuk produksi baik untuk pesanan ataupun stok lumayan banyak. Biasanya per hari 15 jaket sekarang dikurangi setengahnya per hari. Soalnya daya beli masyarakat sekarang menurun,” katanya.

Untuk terus bertahan, Lutfi mengubah sistem penjualan dengan mengkolaborasikan sistem penjualan offline di galerinya, dengan sistem penjualan online memanfaatkan media sosial.

“Cara yang efektif yaitu promosi secara gencar di online, mulai dari promosi dan penjualan harus sudah online, nah itupun yang sudah kami lakukan di Astiga yaitu aktif di media sosial dan juga kita membuat website untuk berjualan online serta untuk menarik minat pasar,” lanjutnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ruda Pratama, owner Viera Sutra Alam. Ia pun kini harus ikut memanfaatkan pasar online untuk memasarkan produk yang dijualnya.

Terlebih saat pandemi seperti ini orang-orang banyak menghabiskan waktunya di rumah saja dengan berselancar di dunia maya. Menurut Ruda, hal itu merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan oleh setiap pelaku usaha.

“Kami lihat ada celah peluang di pasar online ini. Makanya kami manfaatkan untuk berjualan secara online,” kata Ruda di Galeri Viera Sutra Alam.

Dampak lain dari pandemi penjualan secara langsung ke galerinya berkurang. Pihaknya pun memiliki banyak waktu untuk melakukan inovasi.

Namun, perubahan sistem penjualan ke sistem online ini tidak begitu dirasakan oleh salah seorang perajin Akar Wangi Garut, Joana Li.

Ia menilai produk yang dihasilkan memiliki pasar untuk cinderamata yang indentik dibagikan saat ada acara.

“Online untuk kerajinan kurang signifikan, karena kan kerajinan itu kita lebih basic-nya kita untuk di suvenir, untuk bagi-bagi. Nah saat pandemi ini kan jarang berkumpul membuat acara, jadi artinya tidak ada suvenir yang dibagikan,” sebut Joana.

Ia berharap pemerintah bisa membantu para perajin yang saat ini sedang mengalami kesulitan dengan membeli produk buatan perajin sehingga bisa tetap bertahan di masa sulit ini.

“Ya kita sekarang hopeless (putus asa) ya. Harapannya pemerintah membantu kita, membantunya dengan memberi pekerjaan, pekerjaan misalnya yang udah biasa mereka beli di toko, janganlah beli di toko tetapi belilah di perajinnya langsung,” ucapnya.

Direktur Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat STIE Yasa Anggana, Dadang Syafarudin, memaparkan di masa pandemi ini para pelaku usaha harus melakukan reorientasi bisnis. Pelaku UMKM harus lebih luwes dan fleksibel dalam melayani kebutuhan pasar.

“Data Asosisasi Pengguna Jasa Internet terdapat peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia. Dari 266,91 juta penduduk, hampir 196,71 juta jiwa menggunakan internet, artinya ada indikasi pergesesaran perilaku pasar,” ucap Dadang.

Peningkatan pasar online itu harus ditangkap oleh para pelaku UMKM untuk dapat mendulang kembali penjualan dengan memanfaatkan teknologi internet.

“Pelaku UMKM harus beradaptasi dan belajar secara terus menerus tentang teknologi internet yang akan menjadi media penjulan mereka di masa pandemi ini. Digital marketing juga harus dipakai untuk menemukan kembali siapa yang menjadi sasaran dan target pasar UMKM,” paparnya.

Dadang menyarankan para pelaku usaha yang masih melakukan penjualan secara offline atau langsung di toko-toko atau galeri masing-masing, untuk mengkolaborasikan dengan penjualan online karena saat ini sudah waktunya menuju penjualan online.

***

Artikel ini telah tayang di :
https://jurnalgarut.pikiran-rakyat.com/berita-garut/pr-332079746/jeritan-pelaku-umkm-di-garut-saat-pandemi-putar-otak-karena-produk-tak-melulu-laku

No More Posts Available.

No more pages to load.