Tekad Adalah Alasan Tintin Surtini Kini Jadi Notaris Sukses

oleh -776 Dilihat
oleh

kabargarut.com, JAKARTA – Kisah inspiratif datang dari seorang wanita, Tintin Surtini.

Perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat, pada 21 April 1955 tersebut usianya genap 66 tahun tepat di hari kelahiran RA Kartini.

Liku-liku perjalanan hidup yang dilaluinya mengantarkan dirinya menjadi seorang Notaris sukses di Jakarta.

Ketika ditemui di kantornya Jalan Bendungan Jatilihur, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Tintin menyambut dengan hangat.

Meski usianya tak lagi muda, tubuhnya masih terlihat bugar.

Ia terlihat berjalan perlahan menuruni anak tangga.

Tintin Surtini cukup antusias ketika diminta untuk menceritakan pengalaman hidupnya 50 tahun silam.

Dia masih ingat pengalaman hidupnya saat tinggal di Kadungora, Garut, Jawa Barat.

Saat itu usianya baru duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD).

Dalam usia yang tergolong anak-anak tersebut, ia sudah membantu perekonomian orangtuanya.

Lahir dari keluarga kurang mampu tidak membuat Tintin Surtini putus semangat untuk maju dan membantu orangtuanya.

Bahkan ia sempat menjadi tukang ngarambet atau buruh tani yang bertugas menanam padi sepulang sekolah.

“Jadi dulu untuk mencari biaya sekolah sendiri itu, saya kalau musim tanam padi saya ikut tanam padi, kalau panen saya itu panen, ikut bersihin sawah, itu pulang sekolah. Pulang sekolah saya pasti bawa baju ganti, jadi kalo sudah pulang saya bilang sama mandornya,” kata Tintin Surtini ditemui, Senin (20/4/2021).

Selesai menjadi tukang ngarambet biasanya Tintin mendapatkan makan beserta upah dari ia bekerja.

Bahkan terkadang ia juga membantu ibunya untuk berkeliling berjualan kue sebelum berangkat sekolah.

Tintin mengaku tiada hari yang tidak ia gunakan, ia selalu menekankan prinsip untuk selalu maju.

Meskipun saat itu usianya memang masih cukup muda, ia gunakan untuk bekerja membantu orangtuanya.

“Saya selalu menekankan kemauan dari diri sendiri itu untuk saya bisa maju. Saya ingat kalau mau enak ya harus bekerja keras,” katanya.

Melihat orang kota dari Jakarta yang terlihat hidup enak, membuat Tintin Surtini memutuskan untuk mencoba pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan setelah lulus SMA.

Meski kala itu ia tak punya banyak pengalaman kerja, yang terpenting dirinya harus bisa mandiri.

Berbekal uang yang ia punya Rp 500, Tintin Surtini meminta izin orangtuanya untuk pergi ke Jakarta.

Ibunya pun pada akhirnya merestui.

Saat itu ia berangkat ke Jakarta pada bulan Februari 1973.

“Saat itu saya nekat ke Jakarta. Waktu itu uang juga pas pasnya yang saya kumpulin dari bekerja buruh tani. Saya hanya bawa ijazah sekolah, uang 500 rupiah dan bawa bekal singkong saat itu,” katanya.

Kala itu, Tintin Surtini mengaku tak memiliki tujuan.

Ia hanya berpatokan pada ucapan mendiang ayahnya saat itu yang memiliki teman di kawasan Kebayoran.

Meski memiliki saudara di Jakarta Selatan, Tintin tak mengetahui alamat jelasnya.

Ketika melintas di kawasan Kebayoran dengan menumpang bus, ia sempat melihat Masjid Al-Azhar.

Bahkan saat sampai di Blok-M, ia kembali berjalan kaki dan menuju Masjid Al-Azhar yang ia sempat lihat saat perjalanan.

Di Al-Azhar, Tintin Surtini menyempatkan untuk salat.

Seketika itu ia berpikir akan tujuannya, apalagi bekal dan uangnya saat itu sudah habis.

Namun, ia tak putus asa, ia pun mencoba membantu bersih-bersih Masjid Al-Azhar saat itu.

“Waktu awal mau makan nggak punya uang, saya hanya niatkan puasa. Bukanya minum air keran. Dulu kan belum ada air kemasan ya,” ujarnya.

Karena tak punya tempat tinggal kala itu, Tintin Surtini selama hampir satu tahun tinggal di Masjid Al-Azhar.

Selama di sana, ia pun selalu membantu petugas masjid untuk membersihkan masjid.

Kadang ia pun mendapatkan tips yang ia gunakan untuk membeli makanan.

Selama hampir setahun itu, Tintin Surtini mengaku bahwa tidak banyak orang yang tahu jika ia tinggal di masjid itu.

Sebab selain membantu bersihkan masjid, ia juga tadarusan di dalam masjid sehingga tak banyak orang tahu jika ia tinggal di sana.

“Jadi saya tidur di dekat tempat Alquran, ibaratnya kayak saya itikaf aja, saya doa. Karena dulu kan masih sepi ya belum ramai, jadi orang anggapannya saya lagi itikaf di masjid,” ungkapnya.

Ditawari pekerjaan

Setahun berada di Masjid Al-Azhar Jakarta Selatan, Tintin Surtini pada akhirnya di tawari pekerjaan oleh penceramah Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka pada tahun 1974.

Awalnya, Buya Hamka melihat Tintin Surtini yang selalu ada di Masjid Al-Azhar.

Kala itu memang Buya Hamka rutin melakukan salat subuh di Masjid Al-Azhar.

Tintin Surtini lalu ditawari pekerjaan di salah satu perusahaan kontraktor milik rekannya.

Tintin pun akhirnya menerima tawaran itu.

Bekerja sebagai operator telepon kala itu, Tintin tetap teguh bekerja keras.

Ia belum memiliki uang untuk mengontrak pada awal karir ia bekerja.

Ia meminta izin untuk tinggal di salah satu gudang kantor yang berada di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.

“Mungkin setiap ada surat masuk saat saya jadi operator, semua itu rapi, terus kalau ada yang ngasih apa gitu saya bilang ke Manager. Mungkin karena kejujuran dan keterbukaan saya itu akhirnya pekerjaan saya ditingkatkan,” katanya.

Keuletan Tintin Surtini saat bekerja mendorong manager memberikan kenaikan jabatan kepada Tintin sebagai kasir di kontraktor itu.

Ia pun mulai mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan yaitu Rp 70.000 per bulan.

Ia akhirnya bisa mengontrak sebuah rumah.

Bisa mengatur keuangan, Tintin Surtini akhirnya bisa memiliki tabungan yang cukup dan bisa mengirimkan uang untuk orangtuanya.

Ia pun juga melanjutkan pendidikan di Yayasan Administrasi Indonesia (YAI) yang kini dikenal Universitas Persada Indonesia YAI.

“Saya diminta melanjutkan pendidikan. Akhirnya pada tahun 1975 saya ambil di YAI. Jadi dari situ beranjak saya diangkat menjadi Manager Keuangan di Perusahaan Kontraktor tahun 1988, itu juga karena tidak ada yang pegang,” katanya.

Menjadi notaris

Karir Tintin pun terus berkembang berkat tekad dan kerja kerasnya.

Hanya saja, ia sempat kembali mendapatkan cobaan dimana perusahaan yang tempat dirinya bekerja bangkrut pada tahun 1989.

Namun, hal ini tidak membuat Tintin patah arang.

Ia pun juga membantu menyelesaikan masalah perusahaannya itu dan banyak belajar dari kegagalan perusahaannya.

Ia pun akhirnya diminta membantu salah satu kantor notaris Titik Purbaningsih.

“Tapi saya hanya kerja freelance. Tidak kerja full. Dari situ saya banyak teman dan banyak belajar mengenai notaris,” ujarnya.

Pada tahun 1998, Tintin Surtini akhirnya kembali melanjutkan pendidikan di Universitas Esa Unggul mengambil gelar S1 Sarjana Hukum.

Selain itu, ia juga melanjutkan ke S2 di di Universitas Padjajaran Magister Hukum.

“Setelah tahu Notaris saya sekolah lagi. Ambil Sarjana Hukum, Magister Hukum dan Magister Kenotariatan (MKn) di Padjajaran, dan saya ambil gelar doktor di Trisakti Ilmu Hukum,” ucapnya.

Saat ini Tintin telah memiliki kantor Notaris sendiri di Kawasan Bendungan Hilir Jakarta Pusat.

Dalam usianya yang genap 66 tahun, Tintin berencana akan memutuskan pensiun tahun depan.

Kendati demikian ia mengaku akan tetap membantu anaknya yang akan menggantikan posisinya.

“Tahun depan saya akan pensiun. Nanti digantikan anak saya. Meskipun saya pensiun saya bantuin anak saya di sini selama saya anak sehat,” katanya.

Pada hari ulang tahunnya yang ke 66 yang bertepatan dengan Hari Kartini, Tintin Surtini mengajak kepada kaum perempuan untuk terus berjuang dan saling menguatkan tekad.

Poin penting dalam hidup yang selalu dibawa Tintin yaitu harus bersikap jujur.

“Pada Hari Kartini ini, saya ingin mengajak kepada semua, terutama kaum perempuan, untuk terus meneladani semangat Kartini. Ayo kita terus berjuang, saling menguatkan tekad untuk mengatasi segala rintangan, dan berinovasi, dengan cara berpikir apa yang harus kita kerjakan agar bisa sukses, sesuai dengan impian kita,” ucapnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Inspiratif Tintin Surtini, Bermodal Uang Rp 500 Merantau ke Jakarta Hingga Jadi Notaris Sukses, https://www.tribunnews.com/metropolitan/2021/04/21/kisah-inspiratif-tintin-surtini-bermodal-uang-rp-500-merantau-ke-jakarta-hingga-jadi-notaris-sukses?page=all.

No More Posts Available.

No more pages to load.