Dadang ‘Buaya’ dan Premanisme di Garut

oleh -939 Dilihat
oleh

kabargarut.com, Garut – Preman Dadang ‘Buaya’ membuat geger lantaran ngamuk di kantor Koramil dan Polsek Pameungpeuk Garut. Dadang akhirnya diamankan dan kini dibui. Perbuatan onar yang dilakukan Dadang ini berlangsung Jumat (28/5). Peristiwa itu bermula dari permasalahan jalanan antara Dadang dan Jaka, warga lokal Pameungpeuk.

Jaka yang dipukuli Dadang meminta bantuan kepada adiknya yang diketahui anggota TNI. Sang adik ditemani dua anggota Koramil dan satu anggota Polsek Pameungpeuk kemudian mendatangi lokasi pertikaian yang berlangsung di kawasan Desa Mancagahar.

Lantaran tak kunjung menemui titik temu dan para pengikut Dadang yang terus berdatangan, Mereka kemudian memutuskan untuk menuju kantor Koramil. Dadang ‘Buaya’ ternyata mengikuti dan mengejar mereka yang berada di kantor Koramil.

Aksi Dadang ‘Buaya’ Cs berhasil dihalau anggota Koramil Pameungpeuk yang bersiaga. Tak berhenti sampai di situ, Dadang justru makin murka. Dalam video amatir yang tersebar via WhatsApp, Dadang membawa senjata tajam. Aksi itu kembali bisa dilerai oleh anggota Koramil. Senjata yang dibawa Dadang berhasil diamankan.

Dadang kemudian mendatangi Polsek Pameungpeuk dan sempat berbuat onar. Preman tersebut akhirnya ditangkap beserta seorang anak buahnya berinisial Hr oleh petugas gabungan.

Ditangkapnya Dadang ‘Buaya’ ternyata membuat warga setempat bersyukur. Hal tersebut diungkap Komandan Kodim 0611/Garut Letkol CZI Deni Iskandar. Deni mengatakan, banyak warga yang bersyukur Dadang ‘Buaya’ akhirnya ditangkap.

“Warga senang-senang aja (Dadang ‘Buaya’) diamankan,” ucap Deni.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kata Deni, Dadang ‘Buaya’ merupakan preman kampung setempat yang biasa membuat ulah. Dadang kerap melakukan kekerasan dan pemalakan kepada para pedagang di kawasan pantai selatan Garut.

“Sering buat ulah,” ucap Deni.

Aksi premanisme di Kabupaten Garut khususnya di wilayah selatan kerap kali terjadi. Banyak warga, khususnya para pedagang yang berada di kawasan pantai selatan kerap dirugikan oleh aksi para preman kampung itu.

detikcom berbincang dengan Ujang (32), salah seorang pedagang di kawasan pantai selatan Garut. Ujang menyebut, aksi premanisme membuat masyarakat di sana tak tenang. “Kalau ke pemilik warung, penginapan, jongko itu sering ada pemalakan. Ya biasa preman-preman kampung. Ngoteng minta buat rokok,” kata Ujang.

Ujang menyebut, bahkan sering terjadi pertikaian antarkelompok preman yang memperebutkan wilayah kekuasaan. “Biasanya kalau mau libur panjang kan suka ada wisatawan banyak datang, nah biasanya ada pertikaian karena berebut lahan parkir contohnya,” ujar Ujang.

Aksi premanisme macam Dadang ‘Buaya’ tak hanya menyasar para pedagang, pemilik penginapan dan warga wilayah Garut selatan. Mereka juga menghantui wisatawan dan para sopir angkutan barang.

Selain warga lokal, aksi premanisme di wilayah Garut juga dirasakan oleh wisatawan dari luar daerah. Salah satunya dialami Mochammad Chandra (21). Chandra mengaku pernah mengalami dua aksi premanisme saat berada di Garut.

“Pertama, saya pernah wisata sama keluarga ke Cipanas. Di sana pengalaman yang tidak menyenangkan itu ada oknum warga yang mencuci mobil tanpa diminta. Setelah itu kita harus bayar dengan uang yang lumayan besar kalau ukuran cuci mobil,” tutur Chandra.

“Menurut saya itu aksi premanisme karena pas kita menolak kasih, dia marah-marah juga,” dia menambahkan.

Chandra juga sempat mengalami pemalakan saat hendak hiking di Gunung Guntur. Kejadian itu berlangsung tahun 2018.

“Kalau itu dipalak, dimintai uang Rp 10 ribu,” kata Chandra.

Artikel sebelumnya tayang di :
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5587891/aksi-nekat-dadang-buaya-dan-reaksi-geram-warga-soal-premanisme?single=1

No More Posts Available.

No more pages to load.