Apa Itu Penyakit Usus Buntu? Inilah Gejala dan Cara Pengobatannya

oleh -151 Dilihat
oleh
Ilustrasi Penyakit Usus Buntu
Ilustrasi Penyakit Usus Buntu

Penyakit usus buntu atau apendisitis adalah kondisi peradangan pada usus buntu (apendiks). Kebanyakan penyebab usus buntu adalah infeksi yang tidak mendapat pertolongan sesegera mungkin.

Nah, apendiks atau usus buntu merupakan organ berbentuk kantong berukuran 5-10 centimeter yang tersambung ke usus besar dari sisi kanan bawah perut.

Gejala usus buntu pun awalnya berupa nyeri pada perut bagian kanan bawah. Selain itu, siapa pun dapat terkena radang usus buntu, tetapi penyakit ini paling sering menyasar mereka yang berusia antara 10 hingga 30 tahun.

Gejala Penyakit Usus Buntu

Gejala penyakit usus buntu pada masing-masing pengidapnya akan bervariasi, tergantung pada lokasi, usia, serta posisi usus buntu.

Namun, gejala radang usus buntu secara umum dapat menyebabkan ciri tertentu.

Apa yang dirasakan saat sakit usus buntu? Berikut ini beberapa gejala saat alami usus buntu, yaitu:

  • Rasa nyeri mendadak yang berawal pada sisi kanan perut bagian bawah.
  • Nyeri tiba-tiba yang berawal pada sekitar pusar dan sering berpindah ke perut kanan bawah.
  • Rasa nyeri yang memburuk jika pengidapnya batuk, berjalan, atau melakukan gerakan menggelegar lainnya.
  • Mual dan muntah.
  • Kehilangan selera makan.
  • Demam ringan yang dapat memburuk seiring perkembangan penyakit.
  • Sembelit atau diare.
  • Perut kembung.

Meski begitu, lokasi nyeri dapat bervariasi, tergantung pada usia dan posisi usus buntu.

Bahayanya, usus buntu juga bisa pecah dan menyebabkan berbagai gejala.

Berikut tanda-tanda usus buntu pecah yang wajib kamu waspadai:

  • Saat usus buntu pecah, rasa nyeri bisa menyebar ke seluruh perut dan menjadi lebih parah.
  • Suhu tubuh bisa meningkat secara tiba-tiba, seringkali di atas 38 derajat Celcius. Demam ini bisa disertai dengan menggigil.
  • Mual dan muntah juga sering terjadi sebelum dan setelah usus buntu pecah.
  • Perut bisa tampak bengkak dan terasa penuh atau kencang karena penumpukan gas dan cairan.
  • Kemerahan, pembengkakan, atau nyeri yang meningkat di daerah sekitar perut dapat menunjukkan infeksi yang menyebar.
  • Kondisi tubuh yang lemah dan merasa sangat lelah pertanda adanya infeksi serius.

Kendati demikian, gejala penyakit usus buntu pada orang dewasa umumnya berawal sebagai kram ringan pada perut bagian atas, atau daerah pusar yang kemudian pindah ke kuadran kanan bawah perut.

Rasa sakit ini biasanya terjadi tiba-tiba, memburuk saat bergerak atau batuk, berbeda dengan sakit perut normal, dan memburuk dalam beberapa jam sampai membuat tidur tidak nyenyak.

Penyebab Penyakit Usus Buntu

Ukuran dan lokasi usus buntu membuatnya mudah tersumbat dan terinfeksi. Ibaratnya, usus besar adalah “rumah” bagi banyak bakteri, dan jika terlalu banyak yang terperangkap di usus buntu, mereka tumbuh terlalu cepat dan menyebabkan infeksi.

Pada beberapa kasus, radang usus buntu awalnya terjadi dengan infeksi, dan terkadang infeksi sekunder.

Pembengkakan di usus buntu dapat mengurangi atau menutup pembukaan dan menjebak lebih banyak bakteri di dalamnya.

Penyebab penyakit usus buntu yang umum meliputi:

1. Kotoran yang mengeras (batu usus buntu)

Endapan feses yang keras dan terklasifikasi yang dikenal sebagai fekalit, appendicolith, atau batu, atau batu appendix dapat termasuk di lubang appendix.

Mereka membawa bakteri dan juga menjebak bakteri yang sudah ada di dalam usus buntu.

2. Hiperplasia limfoid

Sistem limfatik, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi dengan memproduksi dan melepaskan sel darah putih ke dalam jaringan.

Hal tersebut dapat menyebabkan jaringan limfoid di usus buntu membengkak, bahkan ketika infeksi aslinya ada di tempat lain di tubuh. Jaringan bengkak di usus buntu dapat menyumbatnya dan menyebabkan infeksi di dalamnya.

3. Radang usus besar

Peradangan di usus besar dari infeksi atau penyakit radang usus dapat memengaruhi usus buntu. Infeksi dapat menyebar, atau peradangan itu sendiri dapat mengiritasi.

Selain itu, penyebab lain yang bisa terjadi di antaranya:

  • Adanya infeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan kelenjar getah bening dalam dinding usus menjadi bengkak.
  • Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu akibat infeksi saluran pencernaan atau bagian tubuh lainnya.
  • Cedera akibat trauma pada perut.
  • Tumor.

Faktor Risiko Penyakit Usus Buntu

Apendisitis atau penyakit usus buntu bisa menyerang siapa saja. Tetapi beberapa orang mungkin lebih mungkin mengembangkan kondisi ini daripada yang lain.

Faktor risiko untuk penyakit usus buntu meliputi:

  • Usia. Apendisitis paling sering menyerang kisaran usia 10-30 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun.
  • Jenis Kelamin. Penyakit usus buntu lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
  • Riwayat Keluarga. Orang yang memiliki riwayat keluarga apendisitis berada pada risiko tinggi untuk mengembangkannya.

Selain itu, usus buntu juga kerap berkaitan dengan gaya hidup yang kurang sehat.

Pasalnya, ada beberapa kebiasaan sepele yang dapat meningkatkan risiko terjadinya usus buntu.

Diagnosis Penyakit Usus Buntu

Apa yang harus dilakukan jika ada gejala usus buntu?

Jika muncul sejumlah gejala usus buntu, dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk memastikannya.

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa dan memastikan apakah nyeri benar berasal dari usus buntu yang meradang.

Cara termudah dengan menekan dengan lembut pada area yang sakit.

Ketika tekanan kamu lepaskan, nyeri perut usus buntu biasanya akan terasa hebat, yang menandakan bahwa peritoneum yang berdekatan meradang.

Dokter mungkin juga akan mencari kekakuan perut dan kecenderungan pasien mengeraskan otot-otot perut.

Kondisi tersebut merupakan respons terhadap tekanan pada usus buntu yang meradang.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dokter lakukan untuk membantu diagnosis penyakit usus buntu:

  • Pemeriksaan darah. Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan dari sel darah putih, dan laju darah yang mengindikasikan adanya suatu infeksi dan peradangan.
  • Tes urine. Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain. Misalnya, yaitu infeksi saluran kemih atau batu pada saluran kemih yang memberikan gejala nyeri yang menyerupai penyakit usus buntu.
  • Pemeriksaan pencitraan. USG adalah pemeriksaan pencitraan yang paling sering dokter gunakan untuk mendiagnosis penyakit usus buntu. Selain itu, CT-Scan, dan foto X-ray abdomen juga dapat dokter gunakan untuk memastikan diagnosis dari usus buntu.

Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Setelah seseorang terdiagnosa penyakit usus buntu, dokter akan langsung memberikan penanganan, meliputi:

1. Konsumsi antibiotik

Pada sebagian kasus usus buntu yang ringan, dokter dapat meresepkan antibiotik untuk pengobatan usus buntu sehingga operasi tidak perlu dokter lakukan.

Ada sejumlah antibiotik yang dapat dokter resepkan, seperti cefotetan atau cefotaxime.

Namun, jika pengidapnya memerlukan operasi, dokter akan terlebih dahulu memberikan antibiotik melalui infus.

Hal ini bertujuan untuk mengobati infeksi penyebab radang usus buntu.

2. Operasi

Pengobatan utama untuk mengatasi penyakit usus buntu melibatkan operasi pengangkatan usus buntu, atau apendektomi. Ada dua jenis prosedur apendektomi, yaitu:

  • Laparoskopi. Prosedur ini menjadi metode yang lazim dokter gunakan untuk mengangkat usus buntu. Sebab, pemulihannya cenderung lebih cepat daripada dengan operasi terbuka. Adapun operasi ini melibatkan pembuatan tiga atau empat sayatan kecil pada perut.
  • Laparotomi. Dokter bedah akan melakukan prosedur ini dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5 hingga 10 centimeter. Kemudian, dokter akan  mengangkat usus buntu. Prosedur bedah terbuka ini umumnya menjadi pilihan untuk penyakit usus buntu yang infeksinya telah menyebar keluar usus buntu.

Pencegahan Penyakit Usus Buntu

Hingga saat ini, belum ada cara pasti yang dapat dokter lakukan untuk mencegah radang usus buntu.

Meski begitu, kamu dapat melakukan beberapa penerapan pola hidup sehat dapat mengurangi risikonya.

Berikut adalah beberapa penerapan pola hidup sehat yang dapat kamu lakukan:

  • Jaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih dalam jumlah yang cukup.
  • Memperbanyak konsumsi makanan sumber serat seperti buah dan sayuran.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Tujuannya agar penyakit ini dapat terdeteksi sedari awal.
  • Mengonsumsi makanan yang tinggi probiotik seperti yogurt agar kesehatan pencernaan terjaga.
  • Rutin berolahraga minimal 30 menit setiap harinya.

Komplikasi Penyakit Usus Buntu

Apendisitis dapat menyebabkan komplikasi serius jika usus buntu pecah.

Sebab, kondisi ini dapat menyebabkan kotoran dan bakteri tumpah ke dalam rongga perut.

Apendiks atau usus buntu yang pecah dapat menyebabkan infeksi yang menyakitkan dan berpotensi mengancam jiwa, termasuk:

1. Peritonitis

Ketika usus buntu pecah dan bakteri tumpah ke dalam rongga perut, lapisan rongga perut atau peritoneum, dapat terinfeksi dan meradang.

Kondisi peradangan ini  dikenal sebagai peritonitis yang bisa sangat serius dan bahkan fatal.

Gejala peritonitis mungkin termasuk:

  • Detak jantung cepat.
  • Demam tinggi.
  • Sesak napas atau napas cepat.
  • Sakit perut yang parah dan terus menerus.

Adapun perawatan untuk mengatasi kondisi ini termasuk antibiotik dan pembedahan untuk mengangkat usus buntu.

2. Abses

Abses adalah kantong nanah yang menyakitkan yang terbentuk di sekitar usus buntu yang pecah. Timbulnya komplikasi ini merupakan mekanisme alami tubuh dalam mengatasi infeksi usus buntu.

Sementara itu, penanganan abses dapat melibatkan penyedotan nanah dari abses atau dengan penggunaan antibiotik.

Apabila dokter menemukan abses sat prosedur operasi, maka dokter akan membersihkan abses dan area sekitarnya, lalu memberikan antibiotik.

3. Sepsis

Dalam kasus yang jarang terjadi, bakteri dari abses yang pecah dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian lain tubuh.

Adapun kondisi yang sangat serius ini sebagai sepsis dengan gejala meliputi:

  • Suhu tubuh yang tinggi atau rendah.
  • Kebingungan.
  • Rasa kantuk yang parah.
  • Sesak napas.

Berita baiknya, ada sejumlah pilihan pengobatan untuk meredakan gejala sepsis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.